Ekonomi Sirkular: Pilar Penting dalam Ekonomi Berkelanjutan

Di Tengah meningkatnya kesadaran akan kepentingan berkelanjutan, ekonomi sirkular muncul sebagai salah satu pendekatan utama dalam membangun sistem ekonomi ramah lingkungan. Berbeda dengan sistem ekonomi tradisional yang bersifat linear-dimana barang diproduksi, digunakan, lalu dibuang dengan menawarkan solusi inovatif dengan memaksimalkan penggunaan sumber daya dan meminimalkan limbah. Ekonomi sirkular mendorong penghapusan limbah dan penggunaan sumber daya alam secara terus-menerus. 

Dalam ekonomi sirkular, produk dan layanan dirancang untuk dapat digunakan kembali (reuse) atau didaur ulang (recycle) dengan mudah. Produk tidak hanya dibuat untuk digunakan sekali pakai, tetapi juga untuk bisa dibongkar dan dimanfaatkan kembali dalam produksi masa depan atau terurai secara alami tanpa merusak lingkungan.

Ekonomi sirkular bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada barang baru sekaligus mengurangi limbah. Proses produksi dan distribusi dalam ekonomi ini pun mengutamakan penggunaan energi terbarukan, menciptakan efisiensi tinggi dalam pengelolaan sumber daya. Hasilnya, tidak hanya lebih berkelanjutan, tetapi juga lebih hemat biaya dalam jangka panjang.

Transisi Menuju Ekonomi Sirkular

Salah satu organisasi terkemuka yang menjadi pelopor transisi menuju ekonomi sirkular adalah Ellen MacArthur Foundation. Organisasi ini memperkenalkan model yang membagi  bahan menjadi dua kategori utama: bahan terbarukan (renewables) dan bahan tidak terbarukan (finite/technical materials).

  1. Bahan Terbarukan (Renewables)

Bahan-bahan terbarukan seperti limbah dari stok biokimia yang dikonsumsi digunakan kembali untuk menghasilkan energi atau sebagai masukan dalam pertanian. Pendekatan ini memaksimalkan energi yang dihasilkan dari fotosintesis, yang menjadi dasar rantai makanan.

  1. Bahan Tidak Terbarukan (Non-Renewables)

Untuk bahan-bahan yang tidak dapat diperbarui, ekonomi sirkular mendorong proses berbagi (sharing) dan pemeliharaan produk agar dapat digunakan kembali. Setelah itu, produk dapat direkondisi (refurbished) untuk pemakaian ulang sebelum akhirnya didaur ulang (recycled).

Penggunaan 2 bahan utama ini bertujuan untuk meminimalkan limbah dan memastikan bahwa setiap produk, baik yang berbasis bahan terbarukan maupun tidak, dimanfaatkan secara optimal di sepanjang siklus hidupnya. Dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular dalam kerangka ekonomi berkelanjutan, kita dapat menciptakan sistem ekonomi yang lebih tangguh dan adil, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem planet kita.

Author

  • As the webmaster and author for SW Indonesia, I am dedicated to providing informative and insightful content related to accounting, taxation, and business practices in Indonesia. With a strong background in web management and a deep understanding of the accounting industry, my aim is to deliver valuable knowledge and resources to our audience. From articles on VAT regulations to tips for e-commerce taxation, I strive to help businesses navigate the complexities of the Indonesian tax system. Trust SW Indonesia as your go-to source for reliable and up-to-date information, empowering you to make informed decisions and drive success in your business ventures.

    View all posts

Related Article

Borrowing Costs in Taxes

Borrowing Costs in Taxes

Feb 5, 20255 min read

Audit Procedures of Borrowing

Audit Procedures of Borrowing

Feb 5, 20254 min read