Indonesia adalah negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, yang terkonsentrasi di Pulau Sulawesi dan Maluku. Secara geologis, wilayah Pulau Sulawesi dan Maluku terbentuk dari aktivitas tektonik yang intensif, sehingga memungkinkan deposit nikel terjadi. Aktivitas vulkanik dan letusan gunung berapi turut mendorong terciptanya lingkungan yang kaya akan logam dan mineral, seperti nikel dan emas. Hal ini menarik investor multinasional di industri nikel berinvestasi di Indonesia, khusus pertambangan nikel di Pulau Sulawesi dan Maluku.
Bahan baku mentah untuk memproduksi nikel adalah bijih nikel. Berdasarkan jenisnya, bijih nikel dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bijih nikel laterit dan bijih nikel sulfida. Bijih nikel laterit terkonsentrasi di sabuk ekuator dunia, seperti Indonesia dan Filipina. Sedangkan deposit bijih nikel sulfida terletak di negara-negara seperti Rusia, Kanada dan Afrika Selatan. Kedua produksi dari jenis logam nikel tersebut telah berkembang pesat selama tiga dekade terakhir. Hal ini didorong dengan berkurangnya cadangan nikel sulfida berkadar tinggi yang sebagian besar terdapat jauh di bawah tanah sehingga memerlukan biaya penambangan besar. Investasi untuk penambangan nikel membutuhkan dana dalam jumah besar, teknologi yang mendukung, dan tenaga kerja yang kompeten.
Berdasarkan kandungan kadar dalam bijih nikel, jenis laterit dibedakan menjadi bijih nikel limonit dan bijih nikel saprolit. Bijih nikel limonit memiliki kadar nikel yang lebih rendah dibandingkan bijih nikel saprolit. Namun, dalam bijih nikel limonit terdapat berbagai mineral ikutan, seperti cobalt dan skandium. Cobalt dalam bentuk cobalt sulfat merupakan salah satu bahan baku prekursor baterai, sedangkan skandium merupakan salah satu logam tanah jarang yang digunakan dalam aplikasi teknologi maju, seperti pembuatan badan pesawat tempur.
Berdasarkan kelas, nikel dibagi menjadi nikel kelas satu dan nikel kelas dua. Nikel kelas satu digunakan sebagai bahan baku katoda baterai, sedangkan nikel kelas dua digunakan sebagai bahan baku baja tahan karat. Produk turunan nikel yang termasuk nikel kelas satu adalah katoda nikel (~99% Ni) sedangkan produk turunan nikel yang termasuk dalam nikel kelas dua adalah nickel pig iron (10-15% Ni) dan ferronickel (15-40% Ni).
Klasifikasi dan Proses Pembentukan Nikel di Indonesia
Tipe bijih yang digunakan sebagai bahan baku menentukan teknologi yang digunakan dalam proses produksi nikel. Pada praktik operasi pabrik peleburan, sering dilakukan pencampuran dua tipe bijih dengan komposisi tertentu untuk menyesuaikan dengan teknologi dan ketersediaan bijih yang ada. Secara umum, bijih nikel limonit diolah dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang melibatkan penggunaan asam sulfat dalam sebuah tangki bertekanan yang disebut autoclave.
Teknologi HPAL dipilih untuk mengolah nikel limonit karena bijih tersebut memiliki kandungan oksida magnesium yang relatif rendah jika dibandingkan dengan bijih nikel saprolit. Kehadiran oksida magnesium yang tinggi akan mengonsumsi asam sulfat sehingga meningkatkan biaya produksi yang diperlukan. Produk yang dihasilkan berupa produk setengah jadi, yaitu Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) atau Mixed Sulphide Precipitate (MSP). Produk setengah jadi yang dihasilkan dapat langsung dijual atau diolah lebih lanjut untuk menghasilkan nikel sulfat dan cobalt sulfat.

Gambar 1. Alur Proses Produksi MHP dengan Teknologi HPAL (Sumber : Gustama, dkk. 2021. Rancang Pabrik Ekstraksi Nikel dengan Teknologi HPAL)
Bijih nikel saprolit diolah dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Arc Furnace (RKEF) yang melibatkan penggunaan batubara sebagai agen reduktor dalam proses peleburan dengan suhu tinggi di dalam tanur busur listrik. Bijih nikel dari tambang akan masuk ke dalam rotary dryer untuk mengurangi kadar air dalam bijih nikel, kemudian bijih nikel akan masuk ke rotary kiln untuk dicampur dengan batubara. Di dalam rotary kiln oksida nikel dan oksida besi akan direduksi sebagian menjadi logam nikel dan besi. Selanjutnya proses peleburan berlangsung di dalam electric arc furnace yang melibatkan suhu tinggi untuk mereduksi oksida nikel dan besi lebih lanjut. Produk yang dihasilkan berupa nickel pig iron atau ferronickel yang merupakan bahan baku baja tahan karat.

Gambar 2. Alur Proses Produksi Feronikel dengan Teknologi RKEF (Sumber : Crundwell, F., dkk. 2011. Ext. Metallurgy of Ni and Co)
Perizinan dalam Kegiatan Usaha Nikel
Dalam melaksanakan kegiatan usaha pertambangan dan pengolahan nikel diperlukan izin dalam bentuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan IUP Operasi Produksi Khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian. Pemberian IUP berdasarkan PP No 23 Tahun 2010 dilakukan dengan cara permohonan wilayah dengan penyampaian kepada Menteri ESDM, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 3 Tahun 2020 Pasal 40, setiap badan usaha, koperasi atau perseorangan dapat memiliki lebih dari satu IUP dengan syarat IUP dimiliki oleh BUMN atau IUP untuk komoditas mineral bukan logam dan/atau batuan. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap badan usaha, koperasi dan perseorangan non-BUMN hanya dapat memiliki satu IUP untuk komoditas logam.
Kegiatan pengolahan nikel diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No 7 tahun 2020 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan dan Pelaporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Badan usaha, koperasi atau perseorangan harus memenuhi persyaratan administratif, teknis, lingkungan dan finansial. Persyaratan administratif meliputi akta pendirian badan usaha beserta pengesahan dari pejabat berwenang, profil badan usaha, NPWP badan usaha, surat izin usaha perdagangan, tanda daftar perusahaan dan legalitas perusahaan lain.
Dari segi persyaratan teknis diperlukan dokumen rencana kosntruksi dan pembangunan sarana dan prasarana serta dokumen studi kelayakan kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian. Persetujuan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) juga diperlukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan.
Persyaratan finansial meliputi laporan keuangan tahun terkahir dengan hasil audit akuntan publik, rencana pembiayaan dan investasi, pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan serta SPT pajak penghasilan badan dan Pajak Penghasilan karyawan selama dua tahun terakhir.
Proses audit kegiatan usaha pengolahan dan pemurnian nikel meliputi berbagai aspek seperti pengecekan stok persediaan, pengecekan bahan baku dan produk jadi dengan metode sampling. Metode sampling yang efektif dilakukan agar sampel yang diambil dapat mewakili objek keseluruhan yang sedang dianalisis. Selain itu perlu dilakukan analisis metalurgi dari produk feronikel dan bahan baku untuk mengetahui kandungan nikel. Perhitungan stok bahan baku dapat menggunakan metode pencitraan dengan pemindaian tiga matra untuk menentukan volume dari stockpile bijih nikel.
Keberlanjutan Perkembangan Industri Nikel
Perkembangan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri nikel tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun pelaku usaha penunjang. Pemerintah mengupayakan kebijakan-kebijakan yang mendukung industri nikel di Indonesia, seperti kemudahan pendirian usaha dan proteksi atas sumber daya nikel di Indonesia, termasuk hilirisasi bijih nikel menjadi nickel pig iron dan ferronickel sebelum transaksi ekspor impor.
Dari sisi pelaku usaha penunjang, diperlukan jasa-jasa layanan yang mendukung efektivitas maupun efisiensi dalam keseluruhan proses perdagangan nikel. Mulai dari pertambangan, pengolahan, pergudangan hingga distribusi, seperti jasa logistik dan jasa profesional lain dalam konteks operasional dan finansial. Semua pihak pemangku kepentingan industri nikel harus memikirkan keberlanjutan industri nikel untuk kepentingan masyarakat global.
Pada tahun 2023, Uni Eropa menggolongkan nikel sebagai salah satu strategic raw materials yang memainkan peranan vital dalam industri baterai. Sebagai upaya mendukung Paris Agreement untuk mencapai net zero emission pada 2050, negara-negara di dunia mencapai konsensus untuk melakukan perubahan dalam pola konsumsi energi menuju penggunaan energi terbarukan, salah satunya melalui industri baterai untuk menghasilkan fasilitas penyimpanan energi dan kendaraan listrik. Perubahan ini juga terlihat dari pertumbuhan produksi kendaraan listrik yang pesat dan telah meningkatkan permintaan nikel secara global. Vale SA, salah satu perusahaan tambang dari Brasil, memprediksi kebutuhan nikel dunia akan mencapai 6,2 juta ton pada tahun 2030.
SW Indonesia merupakan jaringan kantor akuntan dan konsultan yang telah melayani perusahaan-perusahaan multinasional dalam industri nikel di Indonesia. SW Indonesia terus mengembangkan kompetensi dan kapasitas untuk mendukung klien kami di industri nikel. Pengembangan professional SW Indonesia itu ditujukan untuk peningkatan kualitas layanan baik layanan audit dan asurans lain, perpajakan dan bea cukai, deal dan aksi korporasi, serta transformasi digital dan cybertrust.