KENDARAAN BERMOTOR LISTRIK DI INDONESIA

Kendaraan listrik (EV) atau Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) termasuk dalam aksi mitigasi negara Indonesia. Untuk memenuhi target pengurangan emisi di bawah Nationally Defined Contribution (NDC) Indonesia, kendaraan roda dua listrik (E2W) harus mencapai 1,8 juta pada tahun 2025 dan 13 juta pada tahun 2030. Sedangkan roda empat Listrik (E4W) harus mencapai 0,4 juta pada tahun 2025 dan 2 juta pada tahun 2030. Target-target itu menunjukkan keseriusan pemerintah Republik Indonesia untuk menyukseskan transisi energi dengan ukuran-ukuran capaian yang jelas.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), volume penjualan wholesales Mobil Listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV) di pasar domestik mencapai 2.140 unit pada Maret 2024. Angka tersebut tumbuh 48,1% (month-to-month/mtm) dibanding periode Februari 2024 dengan penjualan wholesales 1.444 unit. 

Lengkapnya, berikut daftar 10 mobil listrik dengan penjualan wholesales tertinggi di pasar domestik pada Maret 2024: 

  1. Wuling Binguo EV: 817 unit 
  2. Chery Omoda E5: 608 unit
  3. Morris Garage 4 EV: 246 unit 
  4. Wuling Air EV: 229 unit 
  5. Hyundai Ioniq 5: 93 unit
  6. Morris Garage ZS EV: 31 unit 
  7. BMW i7: 24 unit 
  8. KIA EV9: 21 unit
  9. Neta V: 10 unit 
  10. DFSK Gelora E: 10 unit

Sumber: Katadata

Tren positif penjualan EV pada kuartal pertama 2024 ini tidak terlepas dari peran pemerintah yang mendukung sejumlah fasilitas. Mulai dari kebijakan untuk meningkatkan permintaan kendaraan listrik, subdisi, insentif pajak, pembangunan infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) hingga secara bertahap mengembangkan manufaktur dengan memperkuat rantai pasokan, dan mendorong adopsi massal.

Hal ini juga menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi menjadi pusat manufaktur kendaraan listrik, terutama jika tersedia rantai pasokan yang terintegrasi. Salah satu rantai pasokan yang sangat penting adalah baterai sebagai sumber energi kendaraan listrik. Baterai merupakan salah satu komponen utama yang mewakili 12% dari total bobot EV dan 35% dari total biaya Electronic Vehicel (EV) diwakili oleh baterai.

Kondisi tersebut beriringan dengan sektor produksi nikel Indonesia yang juga sedang berkembang berada pada posisi yang baik untuk memenuhi permintaan baterai berbasis nikel untuk kendaraan listrik, didorong oleh larangan pemerintah Indonesia terhadap ekspor bijih nikel dengan kandungan NI <1,7% (Peraturan Kementerian ESDM 11/2019) yang mendorong industri untuk berinvestasi pada fasilitas pemurnian nikel hidrometalurgi di dalam negeri.

Terbukti di tahun 2024, Proyek Omega, Pabrik baterai kendaraan Listrik pertama di Indonesia dan Asia Tenggara akan diresmikan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Tidak ketinggalan PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power, yang merupakan perusahaan patungan antara Hyundai Motor Company, LG Energy Solution, dan PT Indonesia Battery Corporation (IBC) dengan nilai investasi senilai US$ 1,1 miliar (sekitar Rp 50,39 T). Hingga pertengahan 2023, perusahaan ini mampu menyerap tenaga kerja Indonesia lebih dari 1.000 orang. 

HLI Green Power disepakati akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 gigawatt/hour (GWh), terdiri dari 32,6 juta sel baterai yang dapat menghasilkan kurang lebih 150.000 unit kendaraan listrik pada fase pertama. Kesepakatan ini merupakan bagian dari upaya bersama untuk menggiatkan investasi yang akan mendukung pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Pada lain kesempatan, Direktur Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menjelaskan bahwa Indonesia saat ini setidaknya memiliki 4 proyek baterai EV selain Proyek Omega, diantaranya:

  1. Proyek Dragon

Proyek Dragon merupakan code name yang merujuk pada proyek pengembangan baterai EV dari hulu ke hilir bersama dengan Ningbo Contemporary Brunp Legend Co. Ltd. (CBL).  Adapun, CBL merupakan anak usaha dari Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL). Nilai investasi proyek dragon, dari hulu ke hilir, adalah sebesar US$5,6 miliar atau setara Rp91 triliun (asumsi kurs Rp16.254,05). Penandatanganan dari conditional share purchase greement (CSPA) sudah dilakukan pada 16 Januari 2023.

  1. Proyek Titan 

Proyek Titan merupakan proyek bersama dengan konsorsium LG Energy Solution (LGES). Toto sempat mengatakan bahwa pemerintah pada April 2023 tengah meminta kepastian konsorsium secara tertulis.

  1. Proyek BESS

Proyek baterai energy storage system atau BESS dengan PT PLN (Persero). Proyek ini bakal mengubah penggunaan diesel menjadi panel surya atau solar panel dengan baterai.

  1. Proyek Volt

Melalui proyek ini, IBC berperan sebagai pemegang mayoritas saham dari produsen motor listrik nasional Gesits. 

Proyek-proyek tersebut diharapkan membuat biaya baterai yang lebih rendah dengan produksi terintegrasi dan memberikan kontribusi dan dampak yang lebih luas terhadap sektor enegri hijau dan perekonomian di Indonesia.

Author

  • As the webmaster and author for SW Indonesia, I am dedicated to providing informative and insightful content related to accounting, taxation, and business practices in Indonesia. With a strong background in web management and a deep understanding of the accounting industry, my aim is to deliver valuable knowledge and resources to our audience. From articles on VAT regulations to tips for e-commerce taxation, I strive to help businesses navigate the complexities of the Indonesian tax system. Trust SW Indonesia as your go-to source for reliable and up-to-date information, empowering you to make informed decisions and drive success in your business ventures.

    View all posts

Related Article

STATUTORY AUDIT

STATUTORY AUDIT

Jul 28, 20258 min read

EMPLOYEE INCOME TAX

EMPLOYEE INCOME TAX

Jul 29, 20255 min read