Sumber Daya Manusia Hijau

ABSTRAK 

Artikel ini membahas urgensi pengembangan green human capital dalam mendukung kinerja keberlanjutan perusahaan melalui peningkatan aspek ESG (Environmental, Social, Governance). Sumber daya manusia (SDM) hijau memiliki peran strategis dalam menciptakan inovasi ramah lingkungan dan memperkuat reputasi perusahaan. Regulasi nasional telah mendorong terbentuknya green jobs yang membutuhkan talenta khusus. Namun, penciptaan SDM hijau tidak bisa terjadi instan dan harus dimulai dari pendidikan. Kurikulum yang responsif terhadap ekonomi hijau akan melahirkan lulusan siap kerja. Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan pendidikan menjadi kunci keberhasilan. SW Sustainability Center hadir sebagai mitra strategis dalam membangun ekosistem pelatihan ESG yang berkelanjutan.

Dalam era bisnis modern yang semakin berfokus pada keberlanjutan, peran manusia tidak bisa dikesampingkan. Konsep Human Resource Sustainability atau keberlanjutan sumber daya manusia tidak lagi hanya bicara soal kesejahteraan karyawan, tetapi juga bagaimana organisasi membangun Green Human Capital, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang mendukung perlindungan lingkungan serta inovasi hijau. 

SDM hijau mencakup seperangkat kemampuan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan dan transformasi berkelanjutan. Mereka menjadi penggerak utama dalam memastikan perusahaan tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga planet dan people; tiga elemen dari triple bottom line yang menjadi landasan ESG (Environmental, Social, Governance). 

Salah satu manifestasi nyata dari keberlanjutan SDM adalah munculnya green jobs, yaitu pekerjaan yang secara langsung berkontribusi terhadap pelestarian atau pemulihan lingkungan. Green jobs hadir di berbagai sektor, mulai dari energi terbarukan, pengelolaan limbah, pertanian berkelanjutan, hingga pembangunan kota ramah lingkungan. 

Beberapa regulasi nasional yang menjadi perlindungan hukum terhadap green jobs, sekaligus pengembang green human capital antara lain:

1.        UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan – meski belum secara spesifik membahas green jobs, namun undang-undang ini membuka ruang perlindungan tenaga kerja dalam industri baru yang berkelanjutan.

2.        UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menjadi dasar hukum utama bagi kebijakan lingkungan hidup di Indonesia.

3.        Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, yang mendorong sektor industri untuk lebih hijau dan membuka peluang green jobs.

4.        RPJMN 2020–2024 (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) yang menargetkan pembangunan rendah karbon sebagai prioritas, menciptakan permintaan tenaga kerja baru di sektor energi terbarukan, transportasi bersih, dan pengelolaan limbah.

5.        Kementerian Ketenagakerjaan melalui Green Productivity Specialist Program, bekerja sama dengan Asian Productivity Organization (APO) dan lembaga pelatihan, membina SDM agar mampu bersaing di sektor hijau.

6.        Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan, sebagai bagian dari peningkatan kompetensi dan kesadaran lingkungan di tempat kerja.

7.        Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2022 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional – mendukung inklusi dalam dunia kerja berkelanjutan, termasuk untuk sektor hijau.

Untuk perusahaan sendiri, keberadaan green human capital menjadi enabler dalam meningkatkan performa ESG secara keseluruhan. Hal ini mencakup: (1) Meningkatkan reputasi dan kepercayaan stakeholder (2) Memastikan keberlanjutan jangka panjang melalui inovasi ramah lingkungan (3) Menarik investor yang peduli terhadap praktik bisnis berkelanjutan (4) Menurunkan biaya jangka panjang melalui efisiensi dan manajemen risiko lingkungan. 

Menghadapi masa depan, organisasi tidak bisa lagi hanya membangun talenta biasa, tetapi harus membentuk qualified green talents. Mereka adalah kunci untuk mencapai kinerja ESG yang unggul, sekaligus menjawab tantangan global seperti perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan tuntutan transparansi dari masyarakat. 

Namun demikian, pengembangan green human capital tidak dapat terjadi secara instan di dunia kerja. Fondasi utama harus dibangun sejak di bangku pendidikan. Oleh karena itu pendidikan adalah akar dari green human capital

Hal ini dapat dimulai baik melalui kurikulum sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, maupun program kampus merdeka yang terintegrasi dengan praktik industri hijau. Pelatihan berkelanjutan menjadi jembatan penting antara dunia pendidikan dan dunia kerja. 

Perguruan tinggi, lembaga pelatihan, dan pelaku industri harus berkolaborasi dalam menyusun modul pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan, seperti:

1.        Pelatihan efisiensi energi dan manajemen limbah

2.        Sertifikasi green productivity

3.        Workshop ESG dan sustainability reporting

4.        Magang industri hijau untuk mahasiswa

Dalam mewujudkan hal ini, pemerintah memiliki peran sentral dan strategis dalam menciptakan ekosistem yang mendukung lahir dan berkembangnya green human capital dan green jobs. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kemterian Tenaga Kerja (Kemenaker) mendorong integrasi topik lingkungan, energi terbarukan, dan ekonomi hijau dalam kurikulum pendidikan formal dan vokasional. 

Kurikulum yang adaptif terhadap kebutuhan green economy akan mencetak lulusan yang siap kerja dan siap berkontribusi dalam pembangunan rendah karbon. Selain itu, Pemerintah harus menjadi jembatan penghubung antara dunia usaha, lembaga pendidikan, masyarakat sipil, dan mitra internasional untuk membangun pusat-pusat keunggulan (centers of excellence) di bidang green jobs dan green skills.

Untuk d.ŕmembangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan, investasi pada green human capital dan pengembangan green jobs bukan lagi pilihan, melainkan keharusan strategis. Perubahan ini menuntut kolaborasi aktif antara dunia pendidikan, industri, pemerintah, dan lembaga pelatihan profesional. 

Peran praktisi keberlanjutan kami menyadari bahwa peran SW Sustainability Center menjadi semakin relevan, sebagai mitra terpercaya dalam menyediakan program learning, awareness, capacity building dan advisory yang komprehensif terkait ESG. Melalui inisiatif pelatihan dan edukasi berkelanjutan, kita tidak hanya mencetak tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan transisi hijau, tetapi juga membentuk generasi yang mampu memimpin perubahan demi keberlanjutan bumi dan bisnis. Salam Keberlanjutan!

Author

  • As the webmaster and author for SW Indonesia, I am dedicated to providing informative and insightful content related to accounting, taxation, and business practices in Indonesia. With a strong background in web management and a deep understanding of the accounting industry, my aim is to deliver valuable knowledge and resources to our audience. From articles on VAT regulations to tips for e-commerce taxation, I strive to help businesses navigate the complexities of the Indonesian tax system. Trust SW Indonesia as your go-to source for reliable and up-to-date information, empowering you to make informed decisions and drive success in your business ventures.

    View all posts